Kamis, 04 April 2013

Rame Rame Jual Diri Menjelang Pemilu



Fenomena masyarakat kita saat ini ketika menjelang pemilu adalah ramai-ramai menjual suara mereka terhadap partai-partai tertentu, yang seakan-akan terkesan menjual diri terhadap partai yang memberikan mereka uang agar memilih partai tersebut. Hal ini sangat disayangkan,karena begitu mudahnya mereka menjual hak mereka. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan politik dinegara kita masih sangat rendah. Terbukti mereka memilih demi uang bukan demi demokrasi untuk kemajuan bangsa ini. Dan bisa dikatakan secara kasar, jika partai tersebut memiliki modal yang kuat,sudah tentu akan mendapat banyak suara. Hal ini tercermin dalam bergerilyanya para caleg yg menghalalkan segala cara,nyumbang kesana kesini,ngobral janji kesana kemari, tanpa memaparkan visi misi yang jelas, untuk mendapatkan suara agar bisa melenggang menduduki kursi di dewan. Disinilah pembodohan politik yang paling nyata terlihat di masyarakat. Dan anehnya hal seperti ini seperti sudah biasa terjadi di masyarakat tanpa adanya tindak lanjut yang nyata dr bawaslu atau pemerintah. Dan masyarakat kita pun terus ikut arus politik pembodohan seperti ini. Jika hal ini terus terjadi, niscaya bangsa indonesia akan menjadi semakin terbelakang. Karena, hanya karena uang yang sifatnya instan, masyarakat kita begitu mudahnya menjual haknya untuk memilih untuk calon legislatif yang dianggap punya potensi hanya karena dia berduit. Padahal yang seharusnya mereka pilih adalah caleg yang mempunyai potensi untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat dan memiliki basic yang kuat untuk duduk dlm dewan perwakilan rakyat, dalam artian memiliki kemampuan untuk memimpin,menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat dengan segera,memiliki pengalaman organisasi yg kuat,standar pendidikan yg bermutu dan yang jelas tidak menjadi anggota dewan untuk mencari keuntungan dlm  bentuk finansial,sehingga ketika sudah menjabat sebagai DPR mereka lupa untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat karena sibuk memperkaya diri. Tapi disisi lain, ketika ada Caleg yang memang benar-benar ingin memperjuangkan aspirasi masyarakat, tapi dia tidak mempunyai modal, pasti sedikit masyarakat yang memilih, karena dia tidak menyumbang alias memberikan serangan fajar yang saat ini menjadi trend dikalangan masyarakat kita setiap mendekati pemilu. Hal ini sungguh sangat di sayangkan, ketika caleng yg berpotensi untuk memajukan bangsa ini tidak terpilih hanya karena tidak memiliki modal, dan caleg yg tidak berpotensi malah terpilih karena memiliki modal sehingga otomatis mereka memiliki nama dikalangan masyarakat.Siapa yang patut kita salahkan dalam hal ini?? jika kita saling menyalahkan, masalah seperti ini tidak akan terselesaikan,dan malah akan semakin membudaya. Intinya adalah sistem perpolitikan di bangsa kita harus segera dirombak total.Dimulai dari pemerintah dan KPU sebagai penyelenggara pemilu, partai-partai politik, dan masyarakat indonesia itu sendiri. KPU seharusnya bisa bekerja secara profesional dan bersifat independent. walaupun memang sangat susah dilakukan tapi itu sudah menjadi resiko KPU sehingga gejolak-gejolak negatif dilapangan bisa diminimalis,sehingga keabsahan pemilu itu sendiri dapat di akui oleh masyarakt dan parpol peserta pemilu. Partai politik dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat penting memberikan contoh politik yang baik bagi masyarakat. Diman parpol-parpol peserta pemilu seharusnya bisa memunculkan caleg-caleg yang mempunyai potensi, dalam artian memang benar-benar intelektual karena memiliki basic pendidikan dan pengalaman yg cukup untuk duduk di dewan, bukan karena caleg itu berduit dia dipilih untuk dijadikan caleg oleh partai. Hal ini akan memperburuk kinerja dewan dan partai untuk kedepannya, dan hal ini akan berimbas keras pada masyrakat. yang notabene masyrakat yg mengandalkan DPR untuk memperjuangkan aspirasi mereka ketika ada mslah malah tidak berbuat apa-apa. Partai juga musti bisa menjukkan contoh cara bersaing yang sehat, jangan saling menjatuhkan antar partai dan hanya memperebutkan kekuasaan untuk kepentingan partai semata, hal ini bisa menimbulkan gejolak didalam masyarakat kita, lama kelamaan masyarakat kita akan semakin tidak percaya akan kinerja parpol peserta pemilu, terbukti semakin banyak golput dalam setiap pemilu. Dalam hal ini sikap golput bisa dikatakan sebagai sifat pendewasaan politik masyarakat untuk menentukan arah yang lebih  baik. Karena ketika masyarakat yang terjebak dalam arus politik yang membingungkan, tidak ada pilihan lain bagi mereka selain golput. Dan hal itu tidak bisa disalahkan,adalah hak mereka menjadi golput dari pada menjual diri kpd caleg dan parpol peserta pemilu yg hanya mengobral janji semata. Dan bukan mereka yang harus disalahkan karena golput, tp parpol peserta pemilu lah yang seharusnya bisa mengkoreksi diri untuk berbuat lebih baik yang nyata untuk rakyat. Sehingga dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja dan profesionalitas parpol. Dan kemudian masyarakat sipil lah yang pada akhirnya sebagi penentu dalam pemilu karena masyarakat posisinya sebagai pemilih. Dimana fenomena yang ada di sekitar masyarakat kita adalah banyak msyarakat yang terjebak akan money politik yang dilakukan caleg parpol secara terselubung, sehingga masyarakat kita begitu mudahnya menjual diri kepada caleg tersebut.Dengan nominal rupiah yang tidak seberapa, mereka menjual hak mereka untuk kemajuan bangsa selama 5tahun. Sungguh sangat disayangkan. Hal ini tidak akan terjadi jika parpol peserta pemilu memberikan contoh politik yang baik kepada masyarakat kita. Sehingga lama kelamaan akan dapat berimbas terhadap kedewasaan berpolitik masyarakat dan bangsa kita. Sistem pun akan terbentuk secara teratur,keadaan ekonomi pun akan semakin membaik.dan niscaya jika hal tersebut terjadi, para caleg tidak perlu mengeluarkan banyak modal untuk berkampanye, golput akan bisa dikurangi dan masyarakat kita pun tidak akan menjual diri mejelang pemilu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar