Selasa, 22 Desember 2015

IBU

Kasihmu tak terbantahkan
Lelahmu tak terbayarkan
Bahkan nyawa ini takkan mampu...
Membalas pengorbananmu
Air mata yang kau teteskan
Kesabaranmu yang tak ada batasnya
Kecemasanmu...
Peluhmu...
Rasa laparmu...
Semangatmu...
Pujianmu...
IBU
Aku kotor tanpamu
Aku bukan apa-apa tanpamu.
Rasa sesak didada
Akan slalu abadi
Ketika aku tidak berguna bagimu
Ketika aku melontarkan amarah padamu
IBU
Bait dan sajak tak akan cukup...
Tak akan cukup melukiskan...
Kebaikan dirimu...
Ketulusan dirimu..
IBU
Neraka akan aku huni
Untuk menebus dosa dosamu.
Karmu aku akan pangku
Aku menjunggungmu menjadi
Malaikat yang sempurna.
IBU
Terima kasih untuk segala-galanya.

Rabu, 23 September 2015

Lalai

Tinggi egoku
Amarah nadaku
Aku tak peduli luka hati
Tak mengenal dosa
Aku selalu benar
Salah bukan diriku
Melangkahi waktu
Terus menerus seperti terbius.
Tanpa sadar
Dosa pun terus tercipta.
Aku lalai
Berkawan emosi
Sungguh aku lalai
Emosi ini
Ego ini
Hampir menghancurkan segalanya.

Jumat, 24 Juli 2015

Aku terima

Aku larut dalam duka
Bisu dengan lara.
Trauma di jiwa
Melekat dalam dada.
Semua seperti fatamorgana
Kamuflase tak terlepaskan.
Langkah terhenti...
Akan tajamnya rindu.
Aku rapuh
Tergerus menghilang
Seperti debu kremasi
Yang akan selalu dikenang.
Tatapan kosong ini
Konflik hati ini
Adalah nyata dihidupku...
Bahagia tertawa
Angan terpuaskan
Adalah bagian semu dihidupku
Alam bawah sadarpun berkata
Terima kasih atas semua ini.
Akan kunikmati
Akan aku ladeni
Semua pahit ini.

Rabu, 22 Juli 2015

Budak dari takdir

Ketika bintang itu tak dapat ku raih...
dan semakin menjauh...
Maka akan aku biarkan dia menjauh...
Tak akan aku raih lagi...
Aku hanya cukup melihatnya saja...
Melihatnya dari kejauhan...
Mengagumi keindahannya dari kejauhan.
Bintang itu hanya cukup aku kagumi...
Tanpa harus menggapainya.
Bukan tanpa alasan...
Tapi tidak layak untuk melawan takdir.
Antitesis dari takdir utk memiliki bintang.
Percuma melawan...
Karna aku bukan sang penentu takdir.
Aku hanyalah budak takdir...
Budak dari takdir...!!!

Minggu, 17 Mei 2015

Apa...

Mencari tanpa lelah...
Kemana arah hidup ini...
Walau diam sejenak...
Alam bawah sadar slalu bertanya...
Apa makna dari semua ini....
Semua masih meraba raba...
Tp pedih dan sakit ini nyata...
Bukan tafsir atau hayalan...
Jamah alam dan fana...
Masih pun aku bertanya...
Tunduk kah aku dengan takdir?
Berusaha tidak...
Aku ingin mengenal nahkoda hidup ini...
Apa maunya...

Rabu, 06 Mei 2015

Sapa senyum sang mentari

Sapa senyum sang mentari...
Mewarnai bumi...
Menandai pertarungan dimulai...
Jejak langkah yang tak pasti...
Mencari arti hidup ini...
Sapa senyum sang mentari...
Mengiringi tanya ini...
Apa arti hidup ini...
Riuh rendah euforia fana...
Bertahan dalam asa...
Menembus hirarki takdir...
Sapa senyum sang mentari...
Menjadi misteri...
Sampai kapan akan menikmati...

Rabu, 22 April 2015

Abadimu

Sayatan luka yang kau buat ini akan selalu abadi...
Mengikis waktu... menembus arus jaman...
malam yang sepi seolah menertawaiku...
terus tertawa akan kekalahanku...
Siksa kamuflase sungguhpun menyayat...
Antara dendam dan cinta berjalan beriringan...
Putih dan hitam dalam ruang kosong...
Tergambar sosokmu selalu...
Cerita yang akan slalu abadi...
Sampai mati...

Selasa, 14 April 2015

Di tubuh ini

Di tubuh ini
Aku sandarkan cita-cita
Di tubuh ini
Aku tumbuhkan harapan
Di tubuh ini
Aku melawan dunia
Di tubuh ini
Aku memasrahkan takdir
Di tubuh ini
Aku sisipkan kenangan
Aku sisipkan angan
Aku sisipkan kekecewaan
Ditubuh ini pula
Aku menunggu panggilanMU

Minggu, 01 Maret 2015

Selasa, 24 Februari 2015

Ada masanya

Ada masanya...
Dikala bahagia...
Kita akan melupakan kesepian...
Dikala sepi...
Kita akan merindukan kebahagiaan.
Pasang surut kehidupan...
Semua pasti ada masanya.
Terlena akan suka...
Lupa akan duka.
Terjebak dalam duka...
Terbayang bayang akan suka.
Sungguh hidup ini berwarna.
Nikmati duka...
Kemunafikan pun merasuk.
Menyeimbangkan suka...
Rasa syukur pun terlupakan.
Derita dan bahagia adalah saudara.
Hidup dan mati adalah waktu.

Jumat, 13 Februari 2015

Menggenggam alur takdir

Biarkanlah kesepian ini merasuk...
Maka jiwa ini akan kebal akan angan...
Biarkanlah duka ini menyatu...
Maka hati ini akan lupa akan harapan...
Biarkanlah dendam ini merasuk...
Agar asa ini terpelihara...
Biarkanlah kebencian ini menghentak...
Agar cinta ini terbunuh...
Biarkanlah urat kesetiaan ini putus...
Agar terkubur dengan masalalu...
Belati karma ini harus menikam...
Menikam sang objek...
Sang maha takdir harus bergerak.
Jika tidak....
Maka aku tidak akan pernah percaya.
Belati karma akan aku tikam sendiri.
Mengoyak perut sang objek.

Selasa, 10 Februari 2015

Kamuflase

Aku tertawa dalam lara...
Aku tersenyum dalam luka...
Rasa sakit yang terpendam...
Tak pernah sirna...
Terjebak dalam kelam masalalu...
Menari-nari dalam imaji...
Aku berjalan dalam gelap...
Aku menari dalam getir...
Terlihat gagah....
Terlihat tegar....
Tanpa rasa sakit...
Hati yang rapuh....
Jiwa yang hampa...
Aku hadapi...
Terpaksa aku jalani...

Sabtu, 07 Februari 2015

#testimoni

Dendam itu tidak harus dibalas dengan kekerasan/kutukan langsung terhadap sang objek. Dendam itu bisa dibalaskan dengan pembuktian diri.

Propaganda setengah hati

Arus propaganda tidak akan pernah mati,
Selama nyawa eksistensi masih ada.
Propaganda akan tetap ada,
ketika perjuangan belum terhenti.
Adalah kilatan semangat...
Hujaman kata-kata....
Dan gerak langkah,
Secarik bait lagu,
Puisi perlawanan,
Untuk membakar propaganda.
Arus perlawanan...
Kekuatan mafia uang...
Berbalut politik kekuasaan...
Yang akan menduduki propaganda ini.
Analisa diatas kertas dan kata-kata,
Sedetik membunuh nafas propaganda.
Semua bicara....
Bicara propaganda...
Propaganda apa?
Akhirnya semua tergerus arus........

Kamis, 05 Februari 2015

Dalam kenangan

Ketika aku mengagumi sang rembulan...
Indah sinarnya...
Sejuk cahayanya...
Tapi dia cuma satu...
Dan perlahan-lahan lenyap.
Lenyap seiring sang waktu.
Tak ada yang abadi...
Hanya kenangan...
Kenangan bersama sang rembulan...
Abadi dalam waktu.
Berhembus disela sang waktu.
Terpatri dalam detik desahan angin.
Kadang menyiksa...
Kadang menghibur.

Senin, 02 Februari 2015

Peranan dan keadilan

Setiap peranan ada batasnya....
Tidak ada yang abadi...
Semua memiliki jalannya masing-masing.
Ketika diujung peranan itu...
Adalah keikhlasan jawabannya.
Tidaklah mudah...
Terlebih peranan yang menyakitkan.
Tapi apa daya...
Tidak ada yang abadi.
Semua sudah diatur.
Bagaikan terapung dalam lautan.
Terombang ambing mencari jawaban.
Gesekan nurani berbenturan.
Diujung belati yang telah tumpul.
Hanya bisa menyaksikan...
Tak bisa melawan...
Hidup adalah kebahagiaan...
Hidup adalah kutukan...
Bahagia bagi yang beruntung.
Kutukan bagi yang kurang beruntung.
Kadang peranan ini tak adil...
Tapi demi sang pencipta....
Berusaha untuk ikhlas...
Berusaha seakan ini adil.
Berharap sang maha adil...
Memang benar-benar adil.

Sabtu, 31 Januari 2015

Diluar logika

Keberuntungan...
Kesialan...
Kebahagiaan...
Kesedihan...
Bagai mata rantai...
Tak terputus...
Ada porsinya...
Emosi terhempas logika...
Ketika kesialan menguasai...
Tak ada yang dipersalahkan.
Hanya diri sendiri.
Karna sudah menjadi bagian.
Tuhan???
Siapa dia??
Pun tak pernah bisa dimengerti.
Hanya bisa menerima....
Rencana pun terhempas...
Jika sudah palu takdir bicara.

Kamis, 29 Januari 2015

Aku bertanya

aku terhayut dalam nadi fakta. Tenggelam dalam emosi dan kekecewaan. Memastu Tuhan. Seluruh tubuh ini selalu bertanya. Siapa yang harus disalahkan. Seperti patung yang tidak bisa bergerak. Aku hanya bisa menjadi budak. Budak takdir, budak kehidupan, budak tuhan. Sang iblis pun tetap bahagia, tertawa menikmati kemewahan instan duniawi. Menjual tubuh dan logika hanya untuk kemewahan dan cinta semu. Entah kapan karma menyapanya.

Senin, 26 Januari 2015

Di Antara

Aku berada di antara.
Diantara kebahagiaan dan kesedihan.
Diantara duka dan lara.
Diantara Tuhan dan Iblis.
Diantara kehidupan...
dan menjelang kematian.
Diantara impian dan angan-angan.
Diantara asa...
Diantara harapan...
Diantara alam bawah sadar...
Diantara pagi,siang dan malam.
Diantara kebingungan...
Diantara energi...
Diantara arus...
Diantara aku bisa bertahan...
Diantara aku muak...
Diantara aku belajar ikhlas...
Diantara aku pasrah akan takdir ini.

Minggu, 25 Januari 2015

Mawar itu

Mawar itu memang indah
Menawan hati untuk memiliki
Bahagia tak terhingga...
Ketika memetik mawar itu.
Sungguh aku terlena
Amat sangat terlena
Akan keindahan mawar itu.
Aku lupa akan durinya.
Duri yang akan menusuk
Menusuk rasa
Menusuk angan
Menusuk mimpi
Menusuk kesetiaan
Menusuk jiwa dan raga.

Senja

Senja ini menyiratkan banyak makna...
Aku sandarkan letih ini padanya...
Kasat mata dia tidak pernah peduli...
Hanya banyangan indah...
Seperti pelampiasan atau kamuflase.
Senja ini....
Aku tersandar dalam kebingungan...
Senja pun pelan-pelan menghilang...
Keindahannya abadi dalam letihku...
Selalu akan abadi...
Sampai saat nanti dia akan menyapa lagi...
dalam ruang waktu...
Keadaan yang berbeda...
Dimana senja ini akan sama...
Sama indahnya...
Dengan takdir hidup ini....